Radhagupta dan Mahamatya Kahaalatak sedang berjalan di dalam koridor istana, Radhagupta meminta pada Radhagupta untuk mengumumkan masa berkabung selama 13 hari di Magadha. Mahamatya bertanya pada Radhagupta "Bagaimana hal ini dapat terjadi tanpa persetujuan dari keluarga kerajaan atau tanpa adanya surat kuasa?". Radhagupta menjawab Mahamatya "Aku akan mengurus hal itu". Mahamatya memberikan alasan "Mereka akan membubuhkan stempel kerajaan itu, dan kita harus melakukannya tanpa memintanya pada Samrat". Radhagupta mengatakan pada Mahamatya "Mereka memiliki kewenanagan untuk mengambil keputusan dalam keadaan darurat, istri tercintra dari samrat telah meninggal dan kita harus membuat pengumuman ini". Radhagupta pergi sementara itu Radhagupta berusaha menghentikannya "Tunggu Acharya"
Di sebuah kamar, Sushima sedang menegur Siamak karena telah membawa Cap, Sushima berkata "Mengapa kau membawanya keluar dari kamar Samrat?". Siamak menjawab pertanyaan Sushima "Aku hanya menginginkannya malam itu". Sushima mengatakan pada Siamak "Semua orang akan meragukan kematian Dharma dikarenakan ada beberapa rencana dalam kasus mereka karena tidak akan menemukan setempel kerajaan di ruangan". Siamak dan Sushima dengan tergesa-gesa untuk pergi kekamar Samrat untuk mengembalikan stempel kerajaan, sementara itu Radhagupta dan Mahamatya juga berada di koridor.
Sushima dan Siamak sampai di kamar Samrat, mereka membuka patung dengan memutar tuas, lalu kemudian pintu ruang penyimpanan stempel kerajaan telah terbuka, mereka berdua bergegas bersembunyi ketika mendengar suara langkah kaki. Radhagupta dan Mahamatya datang ke kamar Samrat, sementara itu Sushima mengintip dari balik celah di dipan tempat tidur samrat dan Siamak bersembunyi di balik pilar dikamar yang sama. Mahamatya terkejut dan mencoba untuk mengalihkan perhatian Radhagupta ketika Mahamatya menyadari sesuatu. Mahamatya mengatakan pada Radhagupta "Aku merasa kita harus memberitahukan dan meminta izin pada samrat sebelum mengambil stempel kerajaan". Mereka berdua kembali untuk memutas tuas sehingga pintu ruang penyimpanan benar-benar terbuka dan kem masuk dalam perdebatan, sementara itu Sushima dan Siamak mengambil kesempatan untuk dapat memutar patung sehingga mereka dapat masuk keruangan untuk mengembalikan stempel kembali ketempatnya tanpa sedikit pun kecurigaan dari Radhagupta. Siamak menaruh kembali setempel kerajaan di tempatnya, mereka berdua keluar dari rungan itu dan kembali menutup pintu dan kembali bersembunyi di tempat masing-masing.
Radhagupta menjamin pada Mahamatya "Aku akan mengambil tanggung jawab dalam kasus yang tidak beres". Radhagupta dan Mahamatya kemudian memasuki ruangan dimana stempel kerajaan itu disimpan dan Radhagupta tidak menyadari kehadiran Sushima dan Siamak yang sedang bersembunyi. Mahamatya tegang tapi dia menyembunyikan ketegangannya, sementara itu Radhagupta membubuhkan stempel kerajaan pada gulungan kertas yang ada ditangannya dan mereka berdua pergi dari ruangan lalu Radhagupta menutup kembali pintu dengan memutar tuas pada patung. Radhagupta tidak melihat Sushim yang sedang bersembunyi disana didekat tempat tidur samrat, dan Mahamatya masih berdiam diri kemudian menyusul Radhagupta. Siamak dan Sushima keluar dari tempat persembunyian mereka, Siamak mengatakan "Ini akan menyenangkan untuk menonton Ashoka dalam keadaan terpuruk". Sushima dan Siamak tertawa puas.
Diluar istana, semua orang sedang berkumpul di sekitar jasad Rani Dharma dengan mengenakan pakian putih, Binusar akan melakukan ritual namun dia mengingat semua masa lalu yang telah di habiskannya besama dengan Dharma karena harus memberikan penghormatan terakhir pada istrinya dengan menaburkan kelopak bunga di tubuh Rani Dharma, sementara itu Vitaashoka terus menangis dengan pelan menyebut ibunya. Lalu kemudian Bindusar menempuk pundak Ashoka yang masih terpaku menatap sedih pada ibunya, Ashoka berjalan untuk melihat jasad ibunya untuk terakhir kalinya dan menatapnya dengan sangat sedih, Ashoka mengingat semua masa lalunya sewaktu kecil besama dengan ibunya dan air mata mengalir dipipinya ketika menaburkan bunga pada jasad ibunya dan Ashoka bersujud di kaki Rani Dharma, Radhagupta naik ke panggung untuk membawa Ashoka tutun, Devi menangis melihat keadaan Ashoka demikian. Tiba giliran Vitaashoka datang untuk memberikan penghormatan terakhir pada jasad Rani Dharma, Vitaashoka datang bersama dengan Radhagupta untuk menaburkan bunga. Semua anggota keluarga kerajaan satu per satu juga memberikan penghormatan terakhir terhadap jasad Rani Dharma.
Pendeta (Purohit ji) meminta pada kedua anak kandung Rani Dharma yaitu Ashoka dan Vitaashoka untuk mengangkat jasad ibu mereka, Bindusar bersama kedua anaknya melakukannya. Ashoka membalai kepala ibunya, Sushima kemudian datang dengan perasaan puas naik keatas panggung untuk ikut mengangkat jasad Rani Dharma, Ashoka, Radhagupta, dan Sushima memeggang masing-masing sisi tandu, Devi begitu sangat kehilangan Rani Dharma dia menangis kemudian Chanda datang untuk menenangkannya.
Rani Dharma akan diberikan penghormatan terakhir, semua orang nampak sedih karena telah kehilangan. Mahamatya berfikir "Aku bisa mendengar badai dengan jelas, meskipun tidak ada orang yang bisa mendengarkannya, Ashoka akan menemukan kebenarannya dan akan ada Mahayudh (perang besar), hanya akan ada mayat disekitarnya"
Sushima dan Siamak sampai di kamar Samrat, mereka membuka patung dengan memutar tuas, lalu kemudian pintu ruang penyimpanan stempel kerajaan telah terbuka, mereka berdua bergegas bersembunyi ketika mendengar suara langkah kaki. Radhagupta dan Mahamatya datang ke kamar Samrat, sementara itu Sushima mengintip dari balik celah di dipan tempat tidur samrat dan Siamak bersembunyi di balik pilar dikamar yang sama. Mahamatya terkejut dan mencoba untuk mengalihkan perhatian Radhagupta ketika Mahamatya menyadari sesuatu. Mahamatya mengatakan pada Radhagupta "Aku merasa kita harus memberitahukan dan meminta izin pada samrat sebelum mengambil stempel kerajaan". Mereka berdua kembali untuk memutas tuas sehingga pintu ruang penyimpanan benar-benar terbuka dan kem masuk dalam perdebatan, sementara itu Sushima dan Siamak mengambil kesempatan untuk dapat memutar patung sehingga mereka dapat masuk keruangan untuk mengembalikan stempel kembali ketempatnya tanpa sedikit pun kecurigaan dari Radhagupta. Siamak menaruh kembali setempel kerajaan di tempatnya, mereka berdua keluar dari rungan itu dan kembali menutup pintu dan kembali bersembunyi di tempat masing-masing.
Radhagupta menjamin pada Mahamatya "Aku akan mengambil tanggung jawab dalam kasus yang tidak beres". Radhagupta dan Mahamatya kemudian memasuki ruangan dimana stempel kerajaan itu disimpan dan Radhagupta tidak menyadari kehadiran Sushima dan Siamak yang sedang bersembunyi. Mahamatya tegang tapi dia menyembunyikan ketegangannya, sementara itu Radhagupta membubuhkan stempel kerajaan pada gulungan kertas yang ada ditangannya dan mereka berdua pergi dari ruangan lalu Radhagupta menutup kembali pintu dengan memutar tuas pada patung. Radhagupta tidak melihat Sushim yang sedang bersembunyi disana didekat tempat tidur samrat, dan Mahamatya masih berdiam diri kemudian menyusul Radhagupta. Siamak dan Sushima keluar dari tempat persembunyian mereka, Siamak mengatakan "Ini akan menyenangkan untuk menonton Ashoka dalam keadaan terpuruk". Sushima dan Siamak tertawa puas.
Diluar istana, semua orang sedang berkumpul di sekitar jasad Rani Dharma dengan mengenakan pakian putih, Binusar akan melakukan ritual namun dia mengingat semua masa lalu yang telah di habiskannya besama dengan Dharma karena harus memberikan penghormatan terakhir pada istrinya dengan menaburkan kelopak bunga di tubuh Rani Dharma, sementara itu Vitaashoka terus menangis dengan pelan menyebut ibunya. Lalu kemudian Bindusar menempuk pundak Ashoka yang masih terpaku menatap sedih pada ibunya, Ashoka berjalan untuk melihat jasad ibunya untuk terakhir kalinya dan menatapnya dengan sangat sedih, Ashoka mengingat semua masa lalunya sewaktu kecil besama dengan ibunya dan air mata mengalir dipipinya ketika menaburkan bunga pada jasad ibunya dan Ashoka bersujud di kaki Rani Dharma, Radhagupta naik ke panggung untuk membawa Ashoka tutun, Devi menangis melihat keadaan Ashoka demikian. Tiba giliran Vitaashoka datang untuk memberikan penghormatan terakhir pada jasad Rani Dharma, Vitaashoka datang bersama dengan Radhagupta untuk menaburkan bunga. Semua anggota keluarga kerajaan satu per satu juga memberikan penghormatan terakhir terhadap jasad Rani Dharma.
Pendeta (Purohit ji) meminta pada kedua anak kandung Rani Dharma yaitu Ashoka dan Vitaashoka untuk mengangkat jasad ibu mereka, Bindusar bersama kedua anaknya melakukannya. Ashoka membalai kepala ibunya, Sushima kemudian datang dengan perasaan puas naik keatas panggung untuk ikut mengangkat jasad Rani Dharma, Ashoka, Radhagupta, dan Sushima memeggang masing-masing sisi tandu, Devi begitu sangat kehilangan Rani Dharma dia menangis kemudian Chanda datang untuk menenangkannya.
Rani Dharma akan diberikan penghormatan terakhir, semua orang nampak sedih karena telah kehilangan. Mahamatya berfikir "Aku bisa mendengar badai dengan jelas, meskipun tidak ada orang yang bisa mendengarkannya, Ashoka akan menemukan kebenarannya dan akan ada Mahayudh (perang besar), hanya akan ada mayat disekitarnya"
Jasad Rani Dharma telah berada di tumpukan kayu, Bindusar dan Vitaashoka berjalan, Binduar kembali mengingat masa lalunya besama dengan Rani Dharma, Bindusar juga mengingat ketika Rani Dharma berusaha untuk mendamaikan antara dirinya dengan Ashoka dengan mengarahkan belati di leher Dharma, Pendeta memerikan sisa kayu dan Bindusar akan menaruh sisa kayu diatas jasad Rani Dharna. Bindusar mengatakan pada jasad Dharma "Aku selalu menyakiti mu, aku terus berfikir untuk meminta maaf tapi tidak pernah bisa melakukannya, sekarang kau sudah tidak disini dan aku tidak bisa lagi meminta maaf pada mu!". Ashoka juga memikirkan tentang obrolan terakhirnya besama dengan ibunya ketika ibunya mengutarakan semua keinginannya diruang makan malam, dia juga menaruh sebatang kayu diatas jasad ibunya dan kini giliran Vitaashoka, Vitaashoka mengingat akan janji untuk dapat menyatukan Devi dan juga Ashoka dan kemudian menaruh sebatang kayu di jasad ibunya. Semua orang kemudian menaruh batang kayu di atas jasad Dharma.
Bindu memulai ritual upacara penghormatan terakhir dengan membawa kendi berisi air di sekitar jasad Dharma. Bindusar besama-sama dengan kedua anaknya akan membajar tumpukan berisi jasad Dharma, semua orang mencakup kedua tangan mereka, Vitaashoka menangis, Ashoka berdiri mematung seperti batu.
Di Kalinga, semua oekayan sedang bersiap-siap untuk menyambut kedatangan Putri Kaurwaki, pelayan wanita berkata " Ini adalah kepulangan pertamanya setelah pernikahan". Semua keluarga Jagganath turun dari kuda mereka, pelayan menaburkan kelopak bunga ketika mereka memasuki halalaman. Jagannath marah dan kemudian membuang nampan beisi kelopak bunga dan menghentikannya, Jagannath berteriak "Tidak ada pernikahan!". Semua pelayan nampak terkejut mendapatkan perlakuan kasar dari Jagannath, begitu juga dengan istri Jagannath yang terkejut melihat sikap suaminya.
Kaurwaki hanya terdiam kemudian dia berlari sambil menangis memasuki istana, Kaurwaki terus berlari dengan menangis melewati koridor, dupttanya menyenggol semua barang, namun Kaurwaki terus berlari hingga Dupttanya terbakar oleh nyala api diyas ketika dia terus berlari dan tidak mempedulikannya, dan kemudian Kaurwaki meninggalkan Duptta yang terbakar di koridor, Kaurwaki menangis di kamarnya. Jagannath datang ke kamar Kaurwaki.
Jagannath mengatakan "Dia telah meninggalkan mu setelah semua pengorbanan mu, itu juga untuk Magadhanya, Jagannath membangunkan Kaurwaki " bangun, kau adalah putri Kalinga, dan kau memiliki tanggung jawab terhadap hal itu, yang harus menjadi proritas mu sekarang dan seterusnya, keluarlah dari rasa sakit mu, semua orang tahu kau adalah seorang pejuang yang pemberani disini, misi mu akan membuat Kalinga menjadi tempat yang jauh lebih baik". Jagannath menyentuh kepala Kaurwaki dan kemudian pergi meninggalkan putrinya.
Sementara itu, Bindusar duduk diantara sisa abu penghormatan terakhir jasad Rani Dharma, Sushima dan Cahru ada disana, Bindusar mengatakan " Aku ingin patung Dharma dibuat". Seorang pelayan setuju untuk mendapatkan orang terbaik untuk pekerjaan itu. Sushima memberitahu pada ibunya "Ashoka tidak ada disini dan bindu sekarang benar-benar dalam rasa sakitnya kerana kehilangan, ini adalah waktu yang tepat untuk pergi ke tempat Chanda, sebelum Ashoka bisa keluar dari rasa sakitnya, kita akan memberikannya lagi rasa sakit itu dengan merebut tanah airnya darinya, dia tidak akan mampu mengambil setiap potongannya kali ini"
Precap: Bindu meminta Acharya RG untuk mendapatkan pasukan dan menghentikan Sushim. "Aku akan berhenti Siamak untuk pergi ke Takshshila". Devi menegur Ashoka karena dia telah kehilangan akal sehatnya "Jika kau cukup berani kemudian pergi dan menghukum pelaku pembunuh ibu". batang pohon besar jatuh tepat di depan Sushim ini, kafilah akan berhenti. Sushim terlihat di dalam kebingungan.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar