Sabtu, 10 September 2016

CAS 422 : RADDHAGUPTA DAN SAMRAT BINDUSAR GAGAL UNTUK MENANGKAP SUSHIMA DAN SIAMAK, ASHOKA MENEMUKAN BUKTI BATU PERMATA DI ABU IBUNYA

SKRIP NASKAH SINOP : 10 SEPTEMBER 2016. KODE  CAS 09.09

Ashoka masih begitu hanyut dalam kesedihannya, dia berada dihutan dan sedang berlutut karena tidak berdaya kehilangan ibunya. Devi datang begitu sangat sedih melihat keadaan Ashoka yang masih sangat terpukul karena kehilangan ibunya, Devi terkejut ketika melihat seekor kalajengking dan berusaha untuk memberi tahu Ashoka jika kalajengking itu mendekati kaki Ashoka, Devi pun berteriak untuk memperingatkan Ashoka tetapi Ashoka masih terlalu hantut dalam ketidakberdayaannya. Kalajengking menggiggit kaki Ashoka, Devi berlari untuk membuang kalajengking namun Ashoka jatuh tidak sadarkan diri. Devi terus memanggil nama Ashoka yang tidak sadarkan diri.

Bindusar masih duduk di sekitar bekas abu penghormatan untuk Rani Dharma, Bindusar mengatakan pada Cahru "Kau benar Cajru, hidup tidak berhenti ketika kita kehilangan sesorang dan kau harus pergi ke tempat Chanda bersama dengan pasangan yang baru menikah sesuai dengan Ritual". Sushim berfikir "Aku dengan sangat baik tahu tempat mu ingin mengirimkan kami, tapi aku akan memastikan rencana mu menjadi bumerang untuk mu". Sushim menyentuh kaki ayahnya dan kemudaian Sushima pergi bersama dengan ibunya. Bindusar berfikir "Ashoka mungkin tidak akan dalam kondisi seperti ini untuk menghukum mu, tapi aku tidak akan melepaskan mu, aku tidak bisa menyelamatkan ibunya, tapi aku tidak akan pernah mengampuni musuh tanah air ini"

Devi cemas dengan keadaan Ashoka dan terus mencoba untuk menyadarkannya, kemudian Devi melihat jempol kaki Ashoka yang telah membiru dan menyobek saree dan mengikatkannya pada pergelangan kakinya untuk menghntikan racun menyebar, sekali lagi Devi mencoba untuk membangunkan Ashoka. 




Di koridor istana, Siamak menyentuh kaki Samarat Bindusar " Aku akan pergi dari sini untuk selamanya". Bindusar membuatnya untuk berdiri. Siamak berkata pada Bindusar "Aku tidak bisa melihat mu dalam keadaan rasa sakit ini". Siamak menangis di depan Bindusar, tapi Bindusar berfikir "Aku berharap aku bisa memberi tahu mu untuk tidak meneteskan air mata buaya ini, tapi sayangnya aku tidak bisa". Siamak mengatakan "Izinkan aku untuk pergi ke Taksasila:. Bindusar mengatakan "Kau bisa pergi jika kau menginginkannya, tapi aku akan memerlukan beberapa waktu untuk memberikan suarat kuasa". Siamak berfikir didalam hatinya "Aku sudah tahu tentang hal itu, inilah mengapa aku mecuri stempel dan mendapatkan suart kuasa itu sendiri". Siamak mengatakan pada Bindusar "Aku tidak perlu surat itu, aku hanya perlu izin dari mu, aku akan pergi dari sini". Siamak berjalan pergi dengan mengusap air mata palsunya dan tersenyum licik. Bindusar kemudian menatap kearah siamak. 

Radhagupta bertanya pada Samarat Bindusar "Apakah ini akan menjadi tindakan yang benar tanpa Ashoka, aku pikir kita harus menundanya sampai Ashoka pulih". Bindusar mengatakan pada Radhagupta "Aku tidak akan membiarkan kesedihannya mengambil tugasnya terhadap tanah airnya, memang benar Ashoka sedang tidak dalam kondisi untuk mengambil alih sekarang, tapi aku akan melakukan atas namanya, kau akan membawa pasukan dan menghentikan Sushima dalam perjalanannya ke tempat Chanda, sementara aku akan menghentikam Siamak untuk pergi ke Takhsasila dengan pasukan ku, alam telah memberikan kita cukup sumber daya dalam perjalanan untuk membuat rencana kita menjadi nyata, kita harus memanfaatkannya dengan benar". Radagupta hanya mengangguk. 

Rombongan Sushima, Cahrumitra dan putri Chanda sedang dalam perjalanannya pergi kerumah orang tua Chanda, Radhagupta bersama dengan pasukannya sedang mengawasi,  sementara itu Bindusar bersama pasukannya mengawasi Siamak dari kejauhan, Radhagupta memberikan isyarat pada beberapa anak buahnya, kemudian sebatang kayu besar jatuh tepat di depan Sushima dan membuatnya nampak kebingungan, disisi lain Bindusar memerintahkan pasukannya untuk menjatuhkan bebatuan pada rombongan Siamak dan Lasendra ada ditandu bersama rombongan Siamak, Bindusar tersenyum. Radhagupta bersama dengan pasukannya menyerang Sushima, kedua belah pihak saling bertarung pedang, dan disisi lain Bindu juga mengatakan "Jai Janani", dan mrea melakukan tugas untuk menangkap Siamak. Tiba-tiba, prajurit Yunani muncul untuk dapat melindungi Siamak, Bindusar besama dengan pasukannya berhenti, Samarat Bindusar keheranan "Bagaimana mereka bisa datang kesini?". Prajurit Yunani melepaskan anak panah mereka pada pasukan Magadha yang di pimpin oleh Samarat Bindusar. Lasendra menatap Siamak yang sedang tersenyum puas. 

Sushim masih bertarung pedang dengan pasukan Radhagupta, sementara itu Cahrumitra dan putri Chanda tampak tegang ketika melihat Sushima sedang membunuh para prajurit, beberapa prajurit mengenakan pakian hitam turut bergabung untuk membantu Sushima dan Sushima menghabisi pasukan Radhagupta, sementara itu dua kubu antara Siamak dan Samart juga masih bertarung pedang. Sushima memerintahkan agar rombongannya berjalan untuk membawa ibu dan istrinya dan melompati kayu besar yang menghadang jalannya, lalu Sushima membakar kayu besar untuk mengadang Radahupta dan pasukannya, Radhagupta mencoba untuk mengejar tapi sia-sia. 

Samrat Bindusar masih bertarung pedang dengan para pasukan prajurit Yunani, seorang prajurit Magadha memberitahu agar Samart kembali karena keselamatannya lebih penting, tapi Bindusar tidak menginginkan Siamak dapat melarikan diri "Siamak penghianat". Siamak menghabisi pasukan Magadha sementara itu Raja Yunani melepaskan anak panah dan mengenai tangan Bindusar, tangan Samarat terluka, Siamak dan Lasendra tersenyum puas ketika melihat Raja Yunani sedang berdiri di atas bukit. Siamak menunggangi kudanya dan pergi dari sana, Bindusar terpana melihatnya, lalu prajurt Magadha mencoba untuk melindung Samarat dari serangan parjurit Yunani. Bindusar menunggangi kudanya untuk mengejar Siamak

Ashoka masih dihutan, dia duduk dengan tatapan mata kosong, dia terus berdikir tentang ibunya. Samarat Bindusar datang besama dengan Radhagupta untuk melihat keadaan Ashoka yang masih terpuruk semenjak kematian Rani Dharma. Rahagupta berkata pada Bindusar "Kami telah kehilangan keduanya, baik Sushima dan Siamak, hal ini sangat penting untuk menyadarkan Ashoka kembali, atau ini akan menjadi msutahil tanpanya atau sebaliknya". Devi menjelaskan keadaan suaminya pada Samarat dan Radahgupta "Sudah 4 hari Ashoka seperti itu". Bindusar mengatakan "Aku mengerti apa yang sedang dialami Ashoka, dia juga pernah mengalami hal yang sama di masa kecilnya ketika aku berbohong jika ibunya telah mati, dia berhasil menegmbalikan dirinya ketika dia tahu bahwa ibunya masih hidup, dia terbukti benar, tapi kali ini ibunya tidak akan kembali, dia akan berdamai hanya ketika dia akan menuangkan abu ibunya sendiri".

Devi berjalan menghampiri Ashoka dan kemudian mengguyurkan air pada Ashoka dan meminta agar Ashoka bangun, Devi mengatakan pada Ashoka "Sudah Cukup Ashok!, Kau telah mengina seluruh kenangan yang ibu tinggalkan dengan duduk seperti ini, pikirkanlah tentang hal ini, ibu tidak pernah memalingkan wajahnya ketika dia harus memenuhi tugasnya, ibu juga mencoba untuk menanamkan hal yang sama pada mu, ibu sudah menawarkan seluruh hidupnya untuk mematikan kau mengikuti Dharma dan jalan yang benar, itu akan memberikan ketenangan padanya?". "Kau telah meninggalkan segala sesuatu, kau akan menjadi gila ketika kau terus memikirkan tentang ibu, orang-orang seperti itu akan abadi, mereka akan selalu bersama dengan kita, mereka telah mengajarkan pikiran, cita-cita, bkebenaran dan cahata yang cukup untuk membimbing kita, kau melupakan motif ibu ketika dia hidup ataupun mati, kau akan menghadapi mereka dengan satu cara dan itu akan menjadi lebih baik untuk melihat anaknya, untuk siapa dia melakukan begitu banyak hal sementara kau hanya duduk seperti ini, bagkan seorang anak bisa pergi ke sungai gangga untuk menuangkan abu ibunya tapi kau tetap berada disini!". " Kau hanya berpikir bagimana dia akan merasa demikan setelah mengetahui hal ini". Ashoka marah dengan Devi, tapi Devi mengatakan "Itu tidak ada gunanya, jika kau cukup berani lalu pergilah dan hukum pelaku dari kejahatan Magadha, itu keinginan terakhir ibu mu, jika itu tidak mungkin maka minimal tuangkanlah abu ibu mu di sungai gangga, kau dapat melakukannya?". Ashoka dan Devi saling meanatap, Devi menyadari tangan Ashoka bergerak dan mendapatkan harapan, dan Devi terharu serta meminta Ashoka untuk bangun dan Ashoka pun bangkit. Devi dan Bindusar tersenyum

Pendeta memberikan kendi abu dari Rani Dharma pada Ashoka, pundit mengatakan pada Ashoka "Rani Dharma meninggal sebagai wanita yang sudah menikah sehingga kau akan menemukan beberapa oranamen di abunya, jauhkan dan pisahkan mereka, silahkan". Ashoka menerima kendi itu dan mulai mengumpulkan abu ibunya dengan menggunakan tangannya dan memisahkan perhiasan, Ashoka begitu sangat sedih, lalu menemukan sebuah batu permata kecil di abu tangan ibunya. Ashoka berfikir "Tampaknya ini milik pria, mengapa ini ada di tangan ibu?". Ashoka mengingat ketika dia bertemu dengan ayahnya di koridor saat Bindusar mencarikan air. Ashoka berfikir " Apakah bahwai kami berfikir jika kematian ini adalah alami tapi sebenarnya adalah pembunuhan?". Ashoka mencengkram batu permata itu.

Precap :  Seorang pria menunjukkan desain perhiasan untuk Ashoka. "permata cocok". Ashoka mengatakan "Itu dari Yunani, katakan padaku namanya". Sesorang kemduian menyebutkan  nama Siamak".  semua orang  takut, Ashoka marah mengatakan "Hitunglah  napas terakhir mu sekarang Siama, kali ini aku bukan Cahnd Ashoka tapi Kaal ( Kematian) "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar