Chand tetap menolak untuk mendundukan kepalanya di hadapan Bindusar, Bindu hanya menatapnya dan kemudian membuat semua orang yang hadir disana bingung dengan kelakuan Chand ketika Mahamatya meminta pada Chand untuk menyambut raja dari Magadha dengan kepala membungkuk, Chand tetap bersikeras untuk menolak untuk tidak membungkukan kepalanya pada siapa saja, semua orang terkejut.
Acharya Shripad berfikir jika Chand akan merusak semua rencana mereka dengan cara Chand yang begitu keras kepala, pembicaraan seorang pria tentang keberanian seorang pria yang berani untuk bersujud di hadapan raja Magadha, Bindu bangkit dan akan menghampiri Chand.
Orang yang sama mengatakan pada Chand “Raja akan datang, kau masih punya waktu, tundukanlah kepala mu di hadapannya”. Chand tetap pada pendiriannya.
Raja Bindusar berdri di hadapan Chand sekarang, ia mengatakan pada Chand “Mungkin kau hanya mendengarkan hal-hal yang keras saja”. Bindu berbicara lebih keras di depan Chand. Namun Chand menjawab “ Aku bis mendengarnya, tapi aku tidak mengerti tentang diri mu, kepala ku ini tidak tertunduk untuk siapapun”.
Bindu bertanya pada Chand “Mengapa kau tidak mau melakukannya?”. Chand menjawan “Kepala ku hanya tertunduk untuk ibu ku, untuk tanah air ku dan hanya untuk guru ku saja”. Mahamatya kesal mendengar ucapan Chand, ia mengatakan “ Kalau begitu, kau harus di hokum , kau hanya di minta untuk menghormati raja saat kau tidak mau menghormatinya”
Bindu menghentikan Mahamatya, ia mengatakan “ kau hanya tidak akan mendapatkan rasa hormat dengan meminta hal itu”. Bindu berbalik kembali kea rah Chand, ia bertanya pada Chand “Siapa guru mu?Siapa namanya?”.
Chand menjawab “Guru ku berada diatas segalanya”
Bindu bertanya kembali pada Chand “Apakah kepala mu juga tidak mau kau tundukan didepan ayah mu, apa kau tidak menghormati ayah mu?” dimana ayah mu?”. Cahnd berfikir tentang masa lalunya, bagaimana ketika dulu Bindu mengusirnya dan telah membuangnya dari rumahnya, Chand menjawab pertanyaan Bindu “ Ayah ku sudah lama meninggal”. Semua orang tertengun. Chand kemudian berjalan pergi, Bindu terus menatapinya “Aku telah bertemu dengan orang yang sama seperti dia beberapa tahun lalu”
Vitaashoka menuntut penjelasan pada ibunya, ia menuntut penjelasan dari Dewi Dharma “ Siapa Bindusar?” Dharma menatapnya kaget, ia mengatakan pada Vitaashoka “ Mengapa pertanyaan ini tiba-tiba?”. Vitaashoka mengatakan pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh pertanyaan lain “Kau sudah menyembunyikan begitu banyak hal dari ku bu, inilah waktu ku untuk tahu tentang kebenarannya, siapakah Bindusar dan pangeran Sushima?” Apa hubungan mereka berdua dengan kakak ku bu?”.
Dharma menjawab pertanyaan Vitaashoka “Bindusar adalah ayah mu, dan pangeran Sushima adalah saudara tiri mu, Saudara mu bukanlah Chand tetapi pangeran Ashoka” Vitaashoka tertengun, Dharma menjelaskan “Untuk dapat mengetahui dan memahami hubungan mereka dengan Ashoka, kau harus terlebih dahulu mengetahui kebenaran karena orang yang telah merampas dari cinta ayah mu meskipun ia masih tetap hidup, mengapa aku dan Ashoka dipaksa untuk tetap di paksa untuk menyembunyikan identitas kami dan tetap berpegian dari sana ke sini, dan untuk alas an yang sama aku tidak menginginkan Ashoka dan Sushima bertatapan muka”
Istana Magadha, Cahru mulai kembali melakukan ilmu sihir hitam, seorang pelayan bungkuk bernama Rupa memasuki area kamar Cahru dengan menopang pada tongkat kayunya. Rupa mengatakan “ Kamu telah menjebak mangsa”. Cahru bilang pada Rupa “Sekarang tinggalkanlah aku, aku merasa sesuatu yang salah akan terjadi, buatlah pertemuan” Rupa pergi, Cahru bangkit dari tempat duduknya dan membuat menghempas semua bola di atas meja ilmu hitamnya
Dewi Dharma mengatakan segala sesuatu untuk Vitaashoka “ Ayah mu tidak dapat melihat kebenaran karena ilusi, Ashoka dan aku tahu tentang kematian Chanakya tapi ayah mu tidak bisa melihatnya”
Vitaashoka begitu sedih ketika ia mengetahui jika kakaknya benar-benar telah dibuang dan sama sekali tidak di hormati oleh ayah dan keluarganya sendiri, Vitaashoka mengatakan “Orang yang selalu siao untuk mempertaruhkan nyawanya untuk Magadha dan tanah airnya telah di salahkan dan di usir dari negerinya sendiri dan di anggap telah bersalah itu terjadi pada kakaku!” Apakah kau tidak menginkan jika kakak ku menghukum penjahat?” mengapa kau menghentikan kakak ku ketika ia akan membunuh semua orang jahat yang sudah melakukan keslaahan untuk mu dan kakak ku bu?”
Dewi Dharma mengatakan “Tidak ada ibu yang menginginkan anaknya melihat kondisi anaknya seperti ini, aku melakukan apa yang ibu mana pun akan melakukannya untuk menyelamatkan anaknya, ketika kau lahir aku melihat mimpi buruk, Askoka tidak akan setuju jika aku akan mengatakan kepadanya, aku sudah menanggung lebih untuk kalian berduam tapi kemarahan hanya akan membuat mu menjadi lemah, aku tidak ingin kakak mu menjadi lemah sehingga aku membelenggunya dengan bersumpah, aku tidak mau jika kakak mu melakukan sesuatu yang salah”
Vitaashoka bertanya pada ibunya “ sampai berapa lama ini akan terus berlangsung bu?” Dewi Dharma menjawab “Sampai Ashoka mendapatkan kontrol atas kemarahannya dan menang atas hal itu, aku tidak akan membiarkannya kakak mu pergi kembali ke Pataliputra”. Vitaashoka mengangguk, mereka berdua berpelukan
Cahru memulai perjalanannya ke Nalanda ia duduk diatas tandu, Cahru mengatakan pada semua pelayannya untuk bergegas “ aku harus segera sampai disana, aku yakin disana ada Ashoka, aku tiadak tahu apa yang akan terjadi jika Susjima dan Ashoka bertatapan muka dan memulai pertarungan”
Siamak datang di tempat yang baru saja di lalui oleh cahru, untuk menemui wanita tua, Siamak datang melintas, kemudian Siamak mendatangi ruangan rahasia di mana ia telah ditunggu oleh seorang wanita tua berambut bule, Siamak mengatakan pada wanita tua di hadapannya “sesorang sudah datang ke Nalanda “Yang memenangkan pertarungan tidak mau menundukan kepalanya di hadapan raja”.
Siamak mengatakan pada wanita tua yang sedang duduk di sofa tentang Ashoka / Chand, ia sudah mengejutkan semua orang dengan memenangkan pertarungannya dengan melawan Mallu, Mallu telah dikalahkan olehnya. Ketika Bindusar bertanya padanya tentang hal menundukan kepalanya, ia mengatakan bahwa ia hanya menundukan kepalanya di hadapan ibunya, ibu pertiwinya dan gurunya “. Wanita tua itu sedang mengukir kayu dengan menggunakan belatinya dan kemudian menghentikan kegiatannya ia kemudian melempar kayu ukurannya mengenai kening Siamak.
Helena perlahan-lahan menoleh dan melihat ke arah Siamak Helena berdiri dan pergi ke hadapannya “Aku sedang mencarinya sejak bertahun-tahun, kau memujinya setelah kau menemukannya, kau harus berada disini sekarang, sehingga kau dapat melakukan tindakan yang benar dengan cepat kau akan mendapatkan kesempatan, aku sudah membodohi Yarmaj sejak bertahun-tahun karena aku inin membuat mu memenuhi takdir ku, sekelipun demikian kau tidak akan mampu untuk melakukannya sendiri, kau juga harus mencoba, tidak akan terjadi jika kau hanya akan melihatnya dari kejauhan, carilah kesempatan dan melakukan apa yang dikarapkan dari mu”
Helena terbatuk, Siamak menghampiri namun Helena menolak dan menyuruh Siamak pergi Helana menghentikan Siamak ketika ia akan membantunya, “ Jangan Khawatir tentang aku, lakukanlah apa yang aku minta" kemudian Helena melihat darah di pergelangan tangannya, ia hanya tersenyum melihat kondisinya semakin memburuk.
Helena tertawa “Yamraj aku tidak akan mati dengan begitu cepat, tidak sama sekali sebelum aku melihat mayat Ashoka”
Susima bermain dengan kalajengking, kalajengking itu berjalan di lengan, kekepala dan lengan sebelahnya dan kembali kemangkuk, Mahamatya ketakutan ketika ia sampai di tempatnya setelah ia melihat adegan itu, Sushima berteriak kenacang pada Mahamatya yang masih diam menatap tingkah Sushima, dam menyadarkannya, membawanya keluar dari lamunannya.
Mahamatya mengatakan pada Sushima “Ia ada disini, ia menyebut dirinya sebagai Cakravatin Chand, ia menolak untuk menundukan kepalanya di hadapan raja, ia bilang bahawa ia hanya akan menudukan kepalanya hanya untuk ibunya, tanah airnya dan untuk gurunya saja”
sushima menutup kembali wadah kalajengking, ia mengatakan pada Mahamatya”Jika Ashoka sudah ada disini mengapa masih melakukan penundaan, mari kita bunuh dia sekarang diring gulat”
Mahamatya menyarankan pada Sushima untuk menggunakan kesempatan emas “Ashoka akan mati seperti sorang pejuang, jika ia meninggal tepat di tengah-tengah ring gulat, tapi kita akan menyalahkannya karena tidak menghormati raja dan membunuhnya maka ia akan di hargai utnuk hidupnya, kau hanya perlu izin dari raja untuk hal itu!”
Sushim mengatakan” pikiran mu tidak setua diri mu” Sushima berfikir akan mengakhiri semua rintangan yang akan datang dalam perjuangannya untuk mengambil tahta Magadha, pikiran mu tidak setua dirimu”. Sushima berfikir bahwa ia akan mengakhiri semua rintangan yang akan datang dalam perjalanan ke takhta.
Nayak, Radhagupta dan Shriipad sedang disebuah benteng. Acarya Radhagupta yakin jika ashoka akan benar-benar berubah menjadi Chand, “ ia tidak akan berubah dalam waktu singkat, tapi akan datang tepat di depan mata semua orang, kami mencoba begitu banyak rencana untuk mu, tanpa diduga Chand datang menegur mereka bertiga Ashoka bilang “Aku terlalu maja untuk mengikuti semua recana mu” Acharya Radhagupta, Acharya Shripad dan Nayak terkejut melihatnya.
Perecap : Ashoka mengatakan “Aku hanya akan melihat emapat orang di pataliputra yang tega menyakiti guru ku, ibu dan juga adi ku”
Bindu memperingati Sushima untuk tidak menyakiti Chand, Sushima tetap pada keinginan dan juga pendiriannya “Ya tau tidak itu tidak akan mengubah apapun”. Ia
Bindu menampar Sushima, Sushima masih tetap pada rencana semulanya untuk membunuh Chand alias Ashoka, ia mengambil belati miliknya, Ashoka sedang berjalan di suatu tempat